Kuat Karena Cinta: Kang Midun dan Istri Berdiri di Tengah Bencana

Wartascn

Desa/Kecamatan15 Dilihat

Cikahuripan, Sukabumi — 11 November 2025 Di bantaran sungai yang baru saja meluap, di antara batu-batu bronjong yang kini mulai tersusun, Kepala Desa Cikahuripan, Kang Midun, berdiri dengan mata yang tak lagi hanya melihat kerusakan, tapi juga harapan. Ia bukan hanya pemimpin administratif, tapi juga penjaga semangat, penguat hati, dan pelayan warga yang tak kenal lelah.

Dalam momen yang tak dirancang, saat warga sibuk kerja bakti dan tim teknis mulai memasang bronjong, Kang Midun mengungkapkan kekuatan yang membuatnya tetap berdiri tegak di tengah bencana.

“Saya kuat, saya tabah, saya tegar… karena ada istri yang setia dampingi saya,” ucapnya lirih, namun penuh makna.

Di sampingnya, sang istri tak hanya hadir sebagai pendamping, tapi juga sebagai saksi perjuangan. Ia ikut menyapu lumpur, membagikan nasi bungkus, dan menyemangati warga yang kelelahan. Di mata Kang Midun, kekuatan bukan berasal dari jabatan, tapi dari cinta yang setia dan kebersamaan yang nyata.

“Begitu pun di samping saya ada warga, ada orang-orang baik yang terus kita berjuang bangkit bersama dalam bencana ini,” lanjutnya.

Kerja bakti yang digelar sejak awal November bukan sekadar rutinitas pasca banjir. Ia telah menjelma menjadi ritual kebangkitan. Di sana, warga tak hanya membersihkan saluran air, tapi juga membersihkan luka batin. Mereka makan bersama di atas kertas nasi, saling menguatkan, dan saling melayani.

Kang Midun melayani warga yang datang meminta tanda tangan dan stempel, bukan dari balik meja kantor, tapi dari atas batu sungai. Ia menjawab keluhan, mencatat kebutuhan, dan memanjatkan doa diam-diam yang kemudian diaminkan warga.

Langkah-langkah kecil ini menjadi bukti bahwa kepemimpinan sejati lahir dari kedekatan, bukan dari gedung. Dari lumpur, dari peluh, dari doa yang tak terdengar, tapi dirasakan.

Desa Cikahuripan kini tak hanya membangun bronjong, tapi juga membangun harapan. Dan di tengah semua itu, Kang Midun berdiri sebagai simbol bahwa cinta, gotong royong, dan pelayanan tulus adalah fondasi yang tak akan hanyut oleh banjir.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *